Sabtu, 01 September 2012

Kakak


Proses akad pernikahan yang paling berkesan bagi saya sampai saat ini adalah akad pernikahan adik laki-laki saya, Hanya mengumpulkan keluarga, dan mengundang para tetangga dan bapak penghulu atau pegawai pencatat nikah dari KUA tentunya, Tak ada musik, tak ada perayaan yang berlebihan dan tak pula sempat memasang tenda, toh acaranya tetap saja khidmat, meski masih ada sedikit jeprat-jepret pake kamera saat itu (karena belum mengertinya saya). Dan ironisnya beberapa dari keluarga kami, (bude, bulik, tante, bahkan sepupu) memiliki usaha salon/rias pengantin, dan sering merias orang lain pada berbagai kesempatan pernikahan, namun tidak kali ini, bahkan untuk anak/keponakan atau saudara kami sendiri, dan bukan karena kami tidak peduli, bukan pula karena tak sayang, dan meski yang menjadi pertimbangan saat itu belumlah atau bukan karena alasan syar'i tapi karena alasan untuk disegerakannya adalah karena adikku akan pergi bekerja (magang) ketempat yg jauh untuk waktu yg agak lama, tapi setidaknya itu membuka jalan untuk bisa menyelenggarakan prosesi yang serupa dan dengan alasan yang lebih tepat, yaitu syar'i.(mengikuti sunnah yg diajarkan rosululloh).

Meski berasal dari rahim yang sama, kami dibesarkan secara terpisah, jarang memiliki kesempatan bersama, dan hari itu saya merasa sangat bahagia karena untuk kedua kalinya saya merasa menjadi seorang kakak, dimana pagi-pagi sekali menjelang akad adik saya meminta saya mengantar ke toko baju dan memilihkan kemeja putih untuk dipakai nanti di balik jas hitam pinjaman, ketika akad...(layarnya mulai mengabur atau mata saya yg mengembun, sprtinya saya tidak bisa langsung menyelesaikan tulisan ini, karena mendadak pandangan saya tidak jelas.....................................................................................................................................................................mata saya belum minus,  '(

Tidak ada komentar:

Posting Komentar