Senin, 03 September 2012

16 thn kurang Sehari,


kembali mata saia mengembun



Mentari Azizah Rahmah (https://www.facebook.com/100002089617991),
seorang wanita biasa kelahiran 1 Sept 1996. Rumah orang tuanya di Cilegon, namun sejak usia 6 tahun Mentari pindah ke Qatar mengikuti orangtuanya yang bekerja di sebuah perusahaan disana. Mengenyam pendidikan SD-SMA di sana, di International School. Tidak heran jika bahasa Inggrisnya mengungguli bahasa Indone
sianya. Saat ini seharusnya kelas 3 SMA. Pernah mondok di Hidayatun Najah 2 bln dan sempat belajar di SMPIT Raudhatul Jannah PCI selama 1 tahun. Sering menghadiri majelis ta'lim di Alhanif. Alhamdulillah sudah berhijab sempurna.

Dia wanita yang memiliki semangat thalabul ilmi yang tinggi, setiap ada info majelis ta'lim di Alhanif maka dia akan berusaha datang. Dia juga mengikuti beberapa majelis ta'lim online via Skype. Kajian Barando adalah salah satunya. Saat alhanif pertama kali menyiarkan secara live suatu bedah buku, dia yg saat itu berada di Qatar juga mengikuti via Skype mulai pukul 5 pagi waktu Qatar (selisih waktu 4 jam) dan aktif memberikan pertanyaan.

Diketahui mengidap kanker sejak 3 tahun lalu. Sejak itu beberapa pengobatan dilakukan. Dia lebih memilih berobat di Indonesia aja. Makanya jd sering berada di Indonesia akhir2 ini. Semakin hari, kanker serviks yg dideritanya semakin parah. Sudah menjalar ke hati, bahkan ginjal dan paru2 juga sudah terjangkit. Beberapa bagian tubuhnya sudah bengkak. Kesakitan dirasakan tiap hari, terutama malam.

Kesabaran, ketegaran & tawakalnya dalam menghadapi penyakit yang dideritanya sangat luar biasa. Orang yang pernah mengenalnya akan memberikan penilaian yg sama. Dari kacamata ini, bisa dikatakan dia adalah wanita luar biasa dengan ujian yang luar biasa.

Mengetahui penyakitnya sudah sedemikian parah (stadium 4+), dia memutuskan utk menikah dini. Dengan harapan bisa meringankan sakitnya dan menyempurnakan separuh agamanya.

Seorang ikhwan berjiwa ksatria menikahinya 14 Juli 2012 lalu dalam keadaan tidak bisa turun dari tempat tidur. Sebagian temannya tidak mengetahui pernikahan mereka karena tidak dipublikasikan. Hanya mengundang teman2 dekat dan tetangga sekitar. M Najarudin, suaminya itulah yang kemudian menemani hari-harinya dalam bayang-bayang kanker ganas.

Suaminya adalah asli Cilegon, saat ini masih berstatus sebagai mahasiswa di LIPIA Jakarta. Sebelumnya adalah alumni dari PP Al Irsyad Tengaran. Dia menjadi salah satu imam shalat Tarawih di masjid Imam An Nawawi Yayasan Al-Hanif Ramadhan lalu. Dan sempat menjadi guru bantu di SDIT Alhanif ketika liburan.

Malam Idul Fitri 1433H, saat orang2 merayakan kebahagiaan, Mentari justru harus dilarikan ke RS Krakatau Medika Cilegon. Hingga saat ini. 3 hari lalu pernah dipindahkan ke RS Dharmais Jakarta yg khusus menangani kanker berharap mendapatkan layanan lebih baik. Tapi karena tim medis disana menyatakan tidak sanggup, akhirnya selang 1 hari kemudian dibawa kembali RSKM Cilegon.

Hidup harus dijalani, ujian harus dihadapi.
Ia harus tetap berjuang melawan kanker ganas yang menjangkitinya bersama suami..
Kedua orang tua senantiasa berikhtiar tiada henti.
Hingga Allah menetapkan takdir-Nya berkehendak lain.


update 1/9/12:
Dan kini dia telah tiada, dipanggil oleh Allah Sang Pencipta.
Mentari Rahmah menghembuskan nafas terakhir di Ruang Perawatan RS Krakatau medika pukul 21.10 WIB. Ia meninggal dengan tenang setelah berpamitan kepada semua anggota keluarga. Ia meminta diikhlaskan untuk pergi. Orang terakhir yang dimintai keikhlasannya adalah suaminya. Setelah ibu, kedua matanya terkatup. Ruhnya keluar hanya dengan satu tarikan nafas.

Selamat jalan Mentari Rahmah. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji'uun.

CP (suami): 087808129718 & 089638229148 akhi Andin (Nazarudin)
 — di Kota Cilegon.




http://www.facebook.com/silenceinsilence/posts/485492038129641?ref=notif&notif_t=share_comment

2 komentar:

  1. udah baca ...dia salafy kah ? cerita nyata kah ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga salafy, insyaAllah nyata krna ada tmn (si **IN) yg sdh mencoba sms suaminya,

      Hapus