membuka folder lama, nemu prasasti yang tak pernah pernah tercetak dan tak ingin lagi aku cetak...bekukan saja masukan peti es dan biarkan membatu....
haha...pengantar buku yg tak pernah terbit...
Kata Pengantar...
Dan sampai pada suatu saat…dimana aku harus bicara, padahal kau tahu kawan, aku tak pandai berkata-kata…jadi dengan terpaksa kuberanikan diri untuk coba mulai bercerita, tentang hal-hal kecil yang kadang mampir di kepala, membentuk pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan yang melintas dan berloncatan dan kadang tak kutemukan teman untuk membicarakannya.
Kata Pengantar...
Dan sampai pada suatu saat…dimana aku harus bicara, padahal kau tahu kawan, aku tak pandai berkata-kata…jadi dengan terpaksa kuberanikan diri untuk coba mulai bercerita, tentang hal-hal kecil yang kadang mampir di kepala, membentuk pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan yang melintas dan berloncatan dan kadang tak kutemukan teman untuk membicarakannya.
Dan aku mulai berdiskusi dengan diri sendiri,
walau tak selalu memuaskan haus dahaga keingintahuanku karena tema dan topiknya
terbatas, apalagi pesertanya hanya ada aku, aku dan aku, namun kadang dari
diskusi monolog ini melahirkan sebuah kontemplasi yang berhasil mengisi
catatan-catatan kecilku yang kali ini kurangkum dalam sebuah buku.
Kesendirian kadang mengantarku pada pemikiran
yang berputar, berkelok, menukik tajam, atau bahkan berjungkir balik,
namun kesendirian kadang juga mengalirkan pemikiran-pemikiran yang menyentuh
kedalaman.
Kadang aku begitu menikmati kesendirian
bahkan membangun benteng ego untuk bersembunyi didalamnya seolah luka dan
kepedihan tak dapat lagi menyentuhku, namun sesungguhnya luka dan kepedihan itu
selalu ada bersamaku dan menjadi penyempurna kebahagiaan bahkan dari sebelum aku mampu
menyadarinya.
Bukan aku menafikan keberadaan atau saat-saat
bersama kalian semua, sobat…karena kebahagiaan terbesarku di dunia adalah
ketika kita bersama.
Terima kasih tak terhingga kepada
sahabat-sahabat yang membantu hingga terciptanya buku ini. Buat penghuni perum.
Taman Tridaya Indah blok C , mawar IV Bekasi, Trikun, Deni gendon, Nurul al kEwEr, pak
guru Rohman (satria bergitar) bersama ibu guru Nury (eh calon ibu maksudku), om.Dash-Uki (atas tumpangan dan ngetik gratise).
Terima kasih buat penghuni RSVP tebet (boleh dong ikutan shooting?),
ada Arief dan bosnya yang ramah, juga untuk akomodasi dan akses free
internetnya, pak Kusdin, mang Jiman, juga WaFa untuk pisang bakar kejunya (belakang
SMP 115 Tebet) di mana kalian berada kini?. Buat Widi dan Dewi atas pinjaman
flashdisknya (happy married, and get honeymoon), rencana mo punya anak berapa,
bro ? adeku Nanang di negeri Sakura, arigato!
Terima kasih juga buat keluarga bibiku di
condet, Openg (kapan kita gemuk ?), Dian
Bagol yang terjangkit virus narcissius, jadi sok ganteng dan penginnya di
panggil Miko, ( sadar Gol, semoga pengalaman semalam di Komseku bisa membuat lo jadi sedikit lebih dewasa, he he). Naila
salsabila, mata air surgaku, sumber inspirasi yang selalu mengalir dan semoga
tak pernah kering, yang slalu ada disetiap hening dan kesunyian hidupku melalui
desir angin dan tetes embun, di mana kamu sekarang ? (mistla kana anti ana
marhaban jiddan), Gorilla, ade kecilku yang Bengal, keluarga bibi di citeureup,
keluarga bapak di kebasen, Keluarga kakakku di Bogor dan Purwokerto, Dian (maretha) my
sister yang macho, be a woman please. Buat keponakan-keponakanku yang lucu-lucu
tapi kadang nyebelin, penyejuk mata dikala penat, Sheila, Adit, Herland, Ali,
Cinta, Firman, ajari aku menjadi naïf!
juga buat Wisnu, welcome to the real world.
Terima kasih buat Meli atas positif attitude
dan ketegaran, semoga virus ceria dan keramahan itu bisa menular padaku hingga aku
bisa menghadapi dunia dengan senyuman, sepertimu. Buat Yulira, andai waktu dapat berputar
kembali, uh uh uh, Buat teman-teman Komunitas Sastra HTKP (Hujan Tak Kunjung Padam) M.AyaT, kang Ali, kang Mursal,
Sibir dkk, Teater pojok Fabio Unsoed.
Terima kasih juga untuk orang-orang yang
telah berhasil melukai hatiku, karena tanpa luka itu aku mungkin takkan pernah
menjadi dewasa, dan luka itu…..tak pernah benar-benar bisa membunuhku.
Dan terutama, sujud syukurku yang tak
terhingga untuk ALLAH Subhana wa ta’ala
dan Shalawat serta salam selalu tercurah untuk Rosulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam,
yang jika bukan karena cahaya-Mu maka
aku masih berada dalam kegelapan yang pekat.
Jakarta, 1 oktober 2008
Betapa dulu saia sangat lucu dan menyedihkan,
betapa memalukannya dulu saia...dan saia tidak ingin kembali ke masa2 itu meski sekejap....semoga Allah kokohkan keyakinan saia dan senantiasa mengarahkan kepada semua yang diridhoiNya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar